Rubuh Rubuh Gedhang Tegese

Rubuh Rubuh Gedhang Tegese: Arti, Makna, dan Filosofi di Baliknya!

Rubuh Rubuh Gedhang Tegese: Arti, Makna, dan Filosofi di Baliknya!

Pernahkah Anda mendengar lagu anak-anak “Rubuh Rubuh Gedhang”? Tembang dolanan ini begitu populer di kalangan anak-anak, khususnya di Jawa. Meskipun terlihat sederhana, liriknya mengandung makna yang mendalam tentang kerjasama, gotong royong, dan pentingnya kebersamaan.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas arti dari “Rubuh Rubuh Gedhang Tegese”, menjelajahi makna yang terkandung di dalamnya, dan memahami filosofi luhur yang ingin disampaikan melalui lagu anak-anak yang sederhana namun bermakna ini. Mari kita lestarikan warisan budaya ini dengan memahami dan menghayati pesan yang ingin disampaikan.

Apa Itu Rubuh Rubuh Gedhang?

“Rubuh Rubuh Gedhang” adalah sebuah tembang dolanan, atau lagu permainan tradisional, yang berasal dari Jawa. Lagu ini biasanya dinyanyikan oleh anak-anak sambil bermain, membentuk lingkaran atau berbaris. Gerakan yang mengiringi lagu ini sering kali menirukan pohon pisang yang tumbang.

Lirik lagu ini sederhana, namun mengandung pesan moral yang kuat. Melalui lagu ini, anak-anak diajarkan tentang pentingnya kerjasama, solidaritas, dan saling membantu dalam mencapai tujuan bersama. Simbol “gedhang” atau pisang, dipilih karena pohon pisang mudah tumbuh dan berbuah, melambangkan keberkahan dan kemakmuran.

Arti Lirik Rubuh Rubuh Gedhang

Mari kita bedah lirik lagu “Rubuh Rubuh Gedhang” untuk memahami artinya secara lebih mendalam. Setiap baris lirik memiliki makna tersendiri yang saling berkaitan, membentuk sebuah cerita yang mengajarkan nilai-nilai positif.

Secara harfiah, “Rubuh Rubuh Gedhang” berarti “Tumbang Tumbang Pisang”. Lirik selanjutnya, “Gedhange Cawis”, berarti “Pisangnya Sudah Siap”. Kemudian, “Gedhange Ewah” berarti “Pisangnya Berubah”. Terakhir, “Genteni Lurah” berarti “Mengganti Lurah”. Kombinasi lirik ini secara simbolis menceritakan tentang siklus kehidupan dan pentingnya regenerasi.

Makna Filosofis dalam Rubuh Rubuh Gedhang

Lebih dari sekadar lagu anak-anak, “Rubuh Rubuh Gedhang” mengandung makna filosofis yang mendalam tentang kehidupan bermasyarakat. Filosofi ini tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari lirik lagu hingga gerakan yang mengiringinya.

Filosofi utama yang terkandung dalam lagu ini adalah tentang gotong royong dan kerjasama. Proses tumbangnya pohon pisang dan digantikan oleh pohon pisang yang baru melambangkan perlunya kerjasama dan solidaritas dalam menghadapi tantangan dan memastikan keberlangsungan hidup.

Gotong Royong dan Kebersamaan

Lirik “Rubuh Rubuh Gedhang” secara implisit mengajarkan tentang gotong royong. Pohon pisang yang tumbang membutuhkan bantuan untuk ditegakkan kembali, dan penggantian “lurah” (pemimpin) menunjukkan perlunya kerjasama untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dan menjaga keberlangsungan kelompok.

Kebersamaan dalam memainkan lagu ini juga menciptakan rasa persatuan dan kesatuan di antara anak-anak. Mereka belajar untuk bekerja sama, saling mendukung, dan mencapai tujuan bersama, yang merupakan nilai-nilai penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Siklus Kehidupan dan Regenerasi

Proses tumbangnya pohon pisang dan digantikan oleh tunas baru melambangkan siklus kehidupan yang terus berputar. Setiap generasi akan mengalami masa kejayaan dan masa penurunan, namun keberlangsungan hidup dapat dijamin melalui regenerasi dan pewarisan nilai-nilai luhur.

Lagu ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin masa depan dan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya. Mereka juga diajarkan untuk menghargai peran dan kontribusi setiap individu dalam masyarakat.

Kepemimpinan dan Tanggung Jawab

Lirik “Genteni Lurah” secara implisit menyinggung tentang kepemimpinan dan tanggung jawab. Pergantian pemimpin merupakan hal yang wajar dalam sebuah organisasi atau masyarakat, dan setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk membawa kelompoknya menuju kemajuan.

Lagu ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya memilih pemimpin yang bijaksana dan bertanggung jawab. Mereka juga diajarkan untuk mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin masa depan dan mengemban tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

Adaptasi dan Perubahan

Lirik “Gedhange Ewah” atau “Pisangnya Berubah” menunjukkan bahwa perubahan adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam kehidupan. Kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan mencari solusi untuk mengatasi tantangan yang muncul.

Lagu ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan zaman. Mereka juga diajarkan untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam mencari solusi untuk berbagai masalah.

Nilai Budaya yang Terkandung

“Rubuh Rubuh Gedhang” bukan hanya sekadar lagu anak-anak, tetapi juga merupakan bagian dari warisan budaya Jawa yang kaya. Lagu ini mengandung nilai-nilai budaya yang luhur dan perlu dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.

Melalui lagu ini, kita dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menghargai dan mencintai budaya sendiri. Kita juga dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam lagu ini, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi muda yang berakhlak mulia dan berbudaya.

Kesimpulan

“Rubuh Rubuh Gedhang Tegese” lebih dari sekadar lirik sederhana; ia adalah cerminan nilai-nilai luhur budaya Jawa. Lagu ini mengajarkan tentang gotong royong, regenerasi, kepemimpinan, dan adaptasi terhadap perubahan. Melalui tembang dolanan ini, anak-anak belajar tentang pentingnya kebersamaan dan persiapan untuk masa depan.

Mari lestarikan warisan budaya ini dengan terus mengenalkan dan mengajarkan “Rubuh Rubuh Gedhang” kepada generasi muda. Dengan memahami makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya, kita dapat menanamkan nilai-nilai positif dan membentuk karakter anak-anak menjadi individu yang bertanggung jawab, berbudaya, dan siap menghadapi tantangan zaman.